Pengembangan Desa Wisata
Geliatkan Ekonomi Warga dengan Pengembangan Desa Wisata
Pada 2019, terhitung hanya ada 247 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka itu langsung meroket hingga sekarang jadi 818 desa wisata.Pada 2019, terhitung hanya ada 247 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka itu langsung meroket hingga sekarang jadi 818 desa wisata.

Desa wisata yang mampu memutar perekonomian di tingkat bawah, terus dikembangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Meski sempat lesu gara-gara diterjang badai pandemi Covid-19, geliat desa wisata langsung menanjak usai PPKM tak lagi diberlakukan.
Pada 2019, terhitung hanya ada 247 desa wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka itu langsung meroket hingga sekarang jadi 818 desa wisata.
Pertumbuhan desa wisata di Jawa Tengah ini tidak lepas dari keseriusan Ganjar Pranowo dalam menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengangkat potensi wisata di daerah masing-masing.
Ganjar pun menghadirkan pemerintah untuk melakulan pendampingan pengembangan desa wsata. Seperti pelatihan mengenai penciptaan produk, memverifikasi dan inovasi produk, tata kelola dan manajemen.
Ada juga pembinaan kewirausahaan terdiri pembuatan paket wisata, digital marketing, dan kewirausahaan. Termasuk peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan, penguatan event, hingga fasilitasi event di desa wisata.
Desa wisata semakin menggeliat dengan bantuan anggaran. Di antaranya pemberian dana stimulan melalui mekanisme bantuan keuangan (Bankeu) kepada pemerintah desa.
Pada 2020 lalu, Ganjar menganggarkan bantuan untuk desa wisata berupa memberikan bantuan keuangan kepada pemerintah desa sebesar Rp 18,5 miliar untuk 100 desa wisata yang sedang berkembang.
Ganjar Meningkatkan Anggaran Untuk Mengembangkan Desa Wisata
Kemudian pada 2021 kemarin, Ganjar meningkatkan anggaran menjadi Rp 32 miliar untuk 260 desa. Sementara pada 2022 ini, Ganjar fokus mengembangkan 131 desa wisata. Besaran bantuan yang Ganjar berikan beragam. Yakni Rp 1 miliar untuk desa wisata maju, Rp 500 juta untuk desa berkembang, dan Rp 100 juta untuk desa wisata rintisan.
“Bantuan keuangan yang kami berikan kepada desa-desa yang kemudian berkembang untuk desa wisata ternyata hasilnya bagus sehingga potensi desanya bisa berkembang,” ujar Ganjar.
Salah satu desa wisata di Jawa Tengah yang sukses adalah Umbul Ponggok. Wisata di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten ini mampu mengangkat warga sekitar dari kemiskinan.
Sebanyak 430 warga menjadi investor objek wisata yang kini BUMDes kelola ini. Mereka sudah menanam investasi sejak BUMDes Tirta Mandiri mendirikannya pada akhir 2009.
Nilai investasinya sekitar Rp 5 juta per keluarga. Adapun bagi perolehan hasil yang berkisar 7-15 persen per bulan.
Dari hasil penjualan tiket dan penyewaan peranti selam air dangkal (snorkeling), pendapatan dari Umbul Ponggok berkisar Rp 500 juta per bulan. Saat musim libur Lebaran, bisa mencapai Rp 1 miliar.
Dari investasi ini pendapatan per kapita warga di Ponggok saat ini berkisar Rp 1,5- 2 juta. Para ibu rumah tangga yang semula pengangguran kini turut ikut memberdayakan dengan usaha olahan perikanan.
Kesuksesan ini mengantarkan Umbul Ponggok terpilih sebagai desa wisata terbaik di Indonesia untuk kategori pemberdayaan masyarakat.
Selain warga, sejumlah lembaga di Desa Ponggok juga turut berinvestasi di BUMDes Tirta Mandiri. “Tiap RW berinvestasi masing-masing Rp 50 juta, PKK Rp 100 juta, PAUD/TK juga berinvestasi Rp 25 juta,” ujar Direktur BUMDes Tirta Mandiri Joko Winarno.
Dengan turut berinvestasi, PAUD/TK di Desa Ponggok setiap bulan punya kas Rp 2,5 juta untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Artikel ini pernah dimuat di : Ganjarpranowo.com
Pengembangan Desa Wisata
FORBHIN; Desain website oleh Cahaya Hanjuang