Menata Borobodur Lebih Gayeng
Menata Borobodur Lebih Gayeng
Kawasan Candi Borobudur terus dibenahi demi menunjang sebagai destinasi wisata premum.

Kawasan Candi Borobudur sejak 2020 mengalami banyak pemugaran fisik demi menunjang sebagai destinasi wisata premium berkelas dunia.
Penataan dan pembangunan itu bersifat terpadu mulai jalan raya, jembatan, penyediaan air bersih, permukiman (misal, pengelolaan sampah), perumahan (misal, pondok wisata/homestay dan tempat usaha), kampung seni, hingga sumber daya air.
Kementerian PUPR menyebut sebanyak 42 paket kegiatan dengan total nilai Rp2,27 triliun telah dilakukan sejak 2020-2022. Dari jumlah tersebut, 25 paket telah rampung, 16 paket dalam proses pengerjaan, dan satu paket dalam persiapan.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmwidjaja mengatakan, penataan kawasan mengusung prinsip pelestarian situs pusaka dunia yang berkelanjutan.
Peningkatan Tempat Pembuangan Akhir
Dengan konsep itu, yang menarik, salah satunya, ialah peningkatan tempat pembuangan akhir (TPA) alias pengelolaan sampah. Pemerintah memperluas lahan TPA sekitar 2 hektare dengan teknologi refused derived fuel (RDF).
Sementara, Pemkot dan Pemkab Magelang bersatu padu membangun Tempat Pengelohan Sampah Terpadu regional, di mana pembebasan lahan akan Pemprov Jawa Tengah lakukan.
Hingga Juni 2022, sebanyak 12 TPS berkonsep 3R bangunan telah siap—TPS Tuk Songo telah berjalan optimal, sisanya masih Kementerian Desa PDTT tindaklanjuti.
Pembangunan kawasan Candi Borobudur, bukan semata-mata pemerintah pusat, melainkan gerak bareng-bareng dari pusat hingga daerah. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sampai minta izin kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk menjadi “mandor” proyek.
Ganjar ingin menyokong rencana pemerintah pusat agar proyek penataan kawasan candi berjalan mulus. April 2021, sambil gowes pagi keliling kota Magelang, Ganjar mengecek sejumlah area seperti pengolahan sampah Tuk Songo, pusat komunitas hingga desa akses budaya.
Koordinasi dan integrasi benar-benar melakukan antarinstansi. Di sinilah sosok pemimpin bisa bertindak memberikan solusi. Persoalan listrik yang sempat mendapat keluhan selama pengerjaan, misalnya, akhirnya selesai setelah Ganjar mengontak PLN. Masalah langsung terpecahkan di lapangan.
Lalu, dalam tata ruang. Karena harus bersinggungan dengan birokrasi antarpemda, Ganjar menjembataninya. “Yang sifatnya butuh kebijakan lebih besar, tentu kami konsultasi dengan pusat,” ujar Ganjar.
Kepala Satker Permukiman Wilayah 1 Jateng KemenPUPR Dwiatma Singgih mengapresiasi langkah Gubernur Ganjar untuk mengatasi masalah di lapangan. “Beliu sudah komitmen kalau ada kendala, langsung laporkan,” ujar Singgih
Penataan kawasan wisata juga tidak semata-mata pada lingkup fisik, tapi juga secara menyeluruh. Dukungan lain yang juga harus menjadi persiapan adalah kreasi-kreasi acara, wisata olahraga, seni dan budaya, balai ekonomi desa (balkondes), pasar tradisional, partisipasi warga dan lainnya.
Penataan Ulang Pasar Tradisional
Ada dua pasar tradisional yang Pemprov Jateng siapkan untuk tertata ulang yaitu Pasar Prembulan di Desa Tegalarum dan Pasar Ikan Ngrajek di Desa Ngrajek.
Marsinah, pedagang berusia 67 tahu, mengaku senang sekali bahwa Pasar Prembulan akan melakukan pemugaran. “Mugo-mugo ndang ditoto, ben tambah rame (semoga cepat ditata biar tambah ramai pembeli),” tutur Marsinah
Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Jateng menerangkan penataan pasar-pasar tersebut mulai pada 2021 dengan anggaran Rp30 miliar.
Sementara, kreasi acara, seperti wisata olahraga juga telah berjalan. Pada November 2021, kembali menggelar Borobudur Marathon kembali setelah absen karena pandemi Covid-19. Akhir 2022, akan menggelar juga kegiatan serupa dengan target 5.000 pelari. Jika ini sukses, tentu salah satu pendongkrak ekonomi di kawasan Candi Borobudur.
Sementara program balkondes juga turut menghidupkan pelaku usaha kecil masyarakat. Dirut Taman Wisata Candi Borobudur Edy Setijono menuturkan, program tersebut telah mendorong peluang-peluang usaha baru dari warga lokal, seperti kuliner, pondok singgah, dan kerajinan.
Pada kunjungan awal Juni kemarin, Menteri Luhut memuji kemajuan proyek penataan kawasan candi. “Progress-nya luar biasa. Saya kira Pak Gubernur Ganjar dan pak bupati Magelang sudah memberikan kontribusi yang sangat baik dalam pembangunan dan penataan kembali Borobudur,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu pula, Borobudur juga resmi sebagai destinasi wisata ramah lingkungan. Nantinya, akan memakai bus-bus listrik buatan INKA sebagai moda transportasi bagi wisatawan di kawasan Borobudur hingga Candi Prambanan di Yogyakarta.
“Kita harap ke depan banyak yang menggunakan electric vehicle. Dan, di Borobudur ini, khusus tahun depan kita harapkan sudah tidak ada lagi kendaraan fosil, karena semua harus pakai green energy,” kata Luhut
Hal lain yang juga menjadi fokus penataan kawasan yang tak lah penting adalah sektor telekomunikasi. Kementerian Kominfo, telah meminta operator telekomunikasi dan penyelenggara menara sinyal untuk mendesain ulang ketinggian menara maksimal hingga 282 meter di atas permukaan laut—setara dengan tinggi teras Arupadhatu candi Borobudur.
Di era serbateknologi, dukungan telekomunikasi menjadi tak terpisahkan. Dengan kencangnya dan mudahnya jaringan seluler, popularitas kawasan apik bisa tersebar luas ke seluruh dunia melalui wisata streaming atau media sosial. Borobudur dan sekitarnya bisa kian gayeng (menyenangkan).
Artikel ini pernah dimuat di : GanjarPranowo.com
Menata Borobodur Lebih Gayeng
FORBHIN; Desain website oleh Cahaya Hanjuang