Jawa Tengah Lumbung Pangan

Bawa Jawa Tengah Jadi Lumbung Pangan

Kabupaten Wonogiri mampu menghasilkan sorgum berkualitas. Sementra ini ada tiga desa yang digelontor bantuan benih sorgum dari Ganjar Pranowo.

Jawa Tengah Lumbung Pangan

Gubernur Ganjar Pranowo telah menyiapkan Jawa Tengah menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Selain mengoptimalkan potensi ladang, memfasilitasi para petani untuk meningkatkan produktivitas.

Potensi pangan di Jawa Tengah tidak hanya beras. Sebut saja jagung, gandum, sagu, dan ada satu potensi baru yang sedang digenjot, sorgum.

”Ketika dunia tengah mengalami krisis pangan, kita punya potensi besar untuk menjadi lumbung pangan dunia. Bukan cuma beras. Potensi pangan alternatif kita sangat banyak. Kalau kita tidak punya gandum, kita masih punya porang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, singkong bahkan sagu,” ucap Ganjar.

Dari data  Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah, realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton.  Prediksi untuk tahun 2022, produksi padi bisa mencapai 9.579.069 ton, atau sekitar 5,5 juta ton beras.

Pada 2020 produksi beras mencapai 5,43 juta ton. Sedangkan produksi beras di tahun 2021 atau sekitar 5.531.297 ton beras.

Adapun, untuk produksi jagung hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton. Sementara, produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton.

‍Percayakan Sorgum di Wonogiri

Untuk sorgum, Ganjar mempercayakan wilayah di Kabupaten Wonogiri untuk mengembangkannya. Ada tiga desa di kecamatan setempat yang menggelontorkan bantuan benih sorgum sebanyak 500 kilogram untuk menanamnya di lahan seluas 50 hektare.

Selain benih, petani sorgum juga mendapatkan bantuan pupuk NPK dengan jumlah per hektare sebanyak 1 kuintal dan totalnya 5 ton untuk mendukung tanaman sorgum.

Ganjar sengaja menggenjot produktivitas sorgum di Wonogiri karena potensi di wilayah tersebut sangat bagus.

Penyuluh Pertanian Kecamatan Wuryantoro Kabuapten Wonogiri, Sugeng Hariyadi menuturkan, sorgum di wilayahnya sangat cocok untuk menanamnya. Berdasarkan pengalaman tahun lalu, produktivitas sorgum bisa mencapai 4-5 ton per hektare sehingga tidak heran jika sampai saat ini sorgum di wilayah Wuryantoro masih menjadi pilihan petani karena hasilnya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Selain itu, penanaman sorgum sekaligus mampu mengurangi lahan tidur di masyarakat karena mudah menanamnya di mana saja.

“Dua tahun yang lalu bisa maksimal (hasilnya), bisa mencapai 150 Ha di Kecamatan Wuryantoro. Mungkin kalau memberdayakannya, mungkin tahun yang akan datang bisa lebih dari 150 hektare,” jelasnya.

Fasilitasi Petani Dapatkan BBM

Untuk menggenjot produktivitas pangan, Ganjar memfasilitasi para petani dalam mendapatkan sarana prasarana pertanian. Salah satu yang Ganjar lakukan adalah memberikan akses BBM jenis solar untuk menggerakkan alat mesin pertanian.

Pasalnya, penyesuian harga BBM awal September 2022 kemarin membuat sebagian petani kesulitan mendapatan solar.

Ganjar mengucurkan bantuan untuk para pateni sebanyak 2 persen dari Dana Transfer Umum yang terbagi atas beberapa sasaran penerima.

Di antaranya bantuan bagi pengguna alat mesin pertanian (alsintan) sekitar 2.264 kelompok tani dengan alokasi sebesar Rp950.800.000. Subsidi bahan bakar alat peternakan dengan anggaran Rp34.125.000.

Lalu ada bantuan bagi pengelola RMU berupa solar dengan total anggaran Rp220,8 juta dan bantuan bagi pelaku distribusi pangan  dengan total anggaran Rp 2,4 miliar.

Menurut Ganjar, distribusi tersebut dapat mengaturnya dengan baik dengan menggunakan database yang bagus. Maka ia meminta agar seluruh poktan dan gapoktan mendata anggotanya serta memerlukan kebutuhannya.

Data Penentuan Distribusi Bahan Bakar

Akan menggunakan data itu untuk menentukan distribusi bahan bakar. “Kalau ini bisa kita atur, databasenya kita bagus, maka surat itu bisa satu rombongan. Satu saja kita rekomendasi yang berikut ini, pok tani ini ngambilnya di sini kuotanya sekian. Maka nggak boleh melebihi kuota, sehingga betul-betul bisa terkontrol,” papar Ganjar.

Jauh sebelum itu, Ganjar sudah memberikan fasilitas dengan program Kartu Tani. Dengan program ini, para petani di Jawa Tengah terjamin dalam mendapatkan pupuk bersubsidi.

Program ini sebenarnya adalah pendataan untuk mengetahui siapa, tanam apa, di mana dan berapa luasannya, untuk kemudian mengambil kebijakan yang sesuai bagi mereka.

Dalam beberapa kesempatan lain, Gubernur Ganjar,  menegaskan program Kartu Tani bukan hanya berbicara soal pupuk bersubsidi, namun lebih pada pendataan petani di lapangan. Menurutnya, data pertanian itu penting untuk menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan.

Kartu Tani yang Ganjar gagas mendapatkan perhatian nasional. Pada 2019 lalu, menobatkan program Kartu Tani Jawa Tengah menjadi yang terbaik nasional.

Menilai kartu Tani Jateng paling baik dari daerah lain karena sejumlah faktor. Antara lain, implementasi penyaluran, tingkat implementasi penggunaan, hingga upload e-RDKK sebagai database Kartu Tani.

“Penghargaan ini akan menjadi penyemangat kami untuk menyukseskan program Kartu Tani,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Distanbun Jawa Tengah, Suryo Banendro.

Artikel ini pernah dimuat di : Ganjarpranowo.com

Jawa Tengah Lumbung Pangan

FORBHIN; Desain website oleh Cahaya Hanjuang