Inovasi Energi Baru Terbarukan
Provinsi Percontohan untuk Inovasi Energi Baru Terbarukan
Gubernur Ganjar memasang target bauran dan pemakaian energi terbarukan minimal 21,32 persen pada 2025.

Febby Tumiwa dengan begitu percaya diri menyebut: Jawa Tengah layak menjadi contoh oleh daerah lain dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) itu, lembaga yang ikut bagian dalam acara G20 side event, menilai komitmen Jateng mengembangkan EBT terlihat nyata.
“Komitmen Jawa Tengah dalam pengembangan EBT sangatlah kuat. Ini terbukti bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi daerahnya dan di RPJMD-nya (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang terkonsentrasi pada EBT,” katanya.
“Ini pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia dan harus menjadi contoh ,” Febby menegaskan di acara Energy Transition Working Group Meeting di Bali, 30 Agustus 2022. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo hadir pula di forum itu.
Jatrng Menjadi Yang Pertama Yang Menyelesaikan RUED
Pada 2019, dari 34 provinsi baru lima provinsi yang memiliki rencana umum energi daerah (RUED), antara lain Jateng, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Utara. Namun, Jateng sebagai provinsi pertama yang menyelesaikan RUED.
Jateng mengukuhkan komitmen RUED lewat Perda Jateng Nomor 12 Tahun 2018. Dari situ, Gubernur Ganjar memasang target bauran dan pemakaian energi terbarukan minimal 21,32 persen pada 2025 dan 28,82 persen pada 2050.
Ada tujuh sumber energi baru terbarukan yang banyak berkembang di Jateng, antara lain energi surya, air, panas bumi, bioethanol, biofuel, biomassa, dan gas rawa.
“Semua potensi energi baru terbarukan ada di Jawa Tengah. Energi angin, misalnya ada di Blora, Purworejo dan Brebes,” ujar Staf Ahli Gubernur Jateng bidang pengembangan energi, Tegoeh Wynarno.
Hingga 2021, bauran energi terbarukan di Jateng telah mencapai 13,38 persen. Potensi energi surya di Jateng begitu besar, yaitu 4,05 kWh/kWp per hari, di atas rata-rata Indonesia 3,75 kWh/kWp.
Kekuatan itulah yang membuat Jateng berani memproklamirkan diri sebagai “provinsi surya” pada 2019. Salah satu program andalan Jateng yaitu Desa Mandiri Energi.
Bantuan Pompa Air Tenaga Surya Dari Dinas Pertanian
Di Desa Kaliurip, Kabupaten Banyumas, para petani tak lagi pusing untuk mengairi lahan pertanian. Sebelumnya, kincir air yang menggerakkan pompa selalu hilang karena banjir. Pompa itu kini terbantu dengan energi surya; terdapat 144 lembar panel surya berkapasitas 44 kWp yang terpasang tak jauh dari pompa.
Pompa air tenaga surya itu adalah bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas
Warjo, salah satu petani yang memanfaatkan pompa air itu, mengaku sangat terbantu dengan PLTS. Ia kini jarang pakai mesin diesel untuk ambil air; hanya sesekali ketika membajak pakai traktor karena butuh air banyak.
Sementara itu di kaki Gunung Sumbing, di Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, 80 persen warga setempat telah lama meninggalkan gas elpiji untuk memasak. Mereka sudah memakai energi biogas sejak tujuh tahun lalu.
Mengambil energi biogas itu dari pengolahan limbah pabrik tahu. Desa Sambak memiliki lima digester (tempat untuk menghasilkan biogas). Satu digester mampu melayani 17 rumah. Tiap bulan, warga yang memakai fasilitas itu hanya mengeluarkan iuran sebesar Rp15 ribu per bulan.
“Dari sisi ekonomi, kami lebih hemat memakai biogas daripada bahan bakar lain,” ujar Usman, pengelola biogas di Desa Sambak.
Jateng Mengapresiasikan Desa Sambak Sebagai Desa Mandiri Energi
Keberhasilan Desa Sambak itu telah Pemprov Jateng apresiasikan sebagai Desa Mandiri Energi. Desa juga mendapatkan penghargaan “Program Kampung Iklim Lestari” dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021.
Kini selain biogas, Desa Sambak juga merintis pembangkit listrik tenaga surya untuk fasilitas umum dan sekolah.
Pada Februari 2021, Pelaksana Harian (PLH) Sekretaris Daerah Jateng Prasetyo Ari Wibowo mengatakan, Jateng masih melanjutkan pengembangan PTLS Atap sejak 2017. Namun, pada 2020, anggaran terpaksa mengalihkannya ke penanganan Covid-19.
Melalui Surat Edaran Nomor 671.25/0004468 tertanggal 1 Maret 2019, Gubernur Ganjar mendorong agar seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) dan perusahaan swasta di Jateng membangun PLTS Atap.
“Jika melakukannya bersama maka akan ringan, AQUA Klaten sudah mulai dan industri lainnya berharap mengikuti” ujar Ganjar ketika meresmikan PTLS Atap milik AQUA, yang mendapat pengakuan pertama dan terbesar di Jateng.
Ketua Pusat Riset Teknologi Hijau Universitas Diponegoro Semarang, Purwanto, mengatakan Jateng saat ini telah mengarah ke solusi energi baru terbarukan dan mencoba tak bergantung pada energi fosil.
Profesor ilmu lingkungan itu melihat sektor industri di Jateng sudah mengarah ke konsep ekonomi hijau melalui EBT.
Artikel ini pernah dimuat di : Ganjarpranowo.com
Inovasi Energi Baru Terbarukan
FORBHIN; Desain website oleh Cahaya Hanjuang